Di bulan April, Balanced Fund (BLF) dan Amanah Syariah (ASF) mengalami underperform dibandingkan benchmark masing-masing, sementara Cash Fund outperformed benchmark-nya. Saham di BLF dan ASF menjadi pendorong utama underperformance karena meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, inflasi AS yang persisten, dan pelemahan Rupiah Indonesia yang mendorong arus keluar dari pasar saham dan obligasi Indonesia.

• IHSG turun signifikan sebesar -0.75% dipimpin oleh penurunan saham Big Four Bank (BBCA, BMRI, BBRI,dan BBNI) dan TLKM; sedangkan Indeks MSCI Indonesia turun -6,20% di bulan April. Saham Grup Barito dan AMMN melanjutkan kenaikan substansial yang luar biasa, yang berkontribusi + 3,56% terhadap IHSG.

•Sebagai bagian dari koreksi, kami melakukan rotasi ekuitas dari beberapa nama saham oportunistik dan memanfaatkan koreksi tersebut dengan melakukan investasi lebih lanjut pada saham blue-chip di sektor Perbankan, Komoditas, dan Konsumer & Ritel.

•Pada pendapatan Tetap, kami melihat lonjakan imbal hasil Obligasi Pemerintah Indonesia 10 Tahun dari 6,71% menjadi 6,93%. Hal ini menyebabkan penurunan Indeks Total Return Obligasi Pemerintah Indonesia (IBPRTRI) sebesar -1,50% di bulan April.

Outlook

Rupiah melemah ke level terendah dalam empat tahun terakhir mencapai 16.300 (USD/IDR) di bulan April. Dolar AS yang kuat dan imbal hasil Treasury AS 10 Tahun yang meningkat dari 4,2% menjadi 4,7% menyebabkan imbal hasil INDOGB 10 Tahun mencapai puncaknya di 7,2-7,3%. Kenaikan suku bunga BI secara mendadak menjadi 6,25% menandakan niatnya untuk mempertahankan Rupiah meskipun kondisi ekonomi domestik yang relatif kuat.

Di April, inflasi tercatat sebesar 3,00% meskipun harga komoditas terkait pangan tinggi, sementara surplus perdagangan bulan Maret naik ke level tertinggi sejak Februari 2023. Kami memperkirakan risiko volatilitas dan tekanan jual akan tetap tinggi di bulan Mei. Kami melihat ini sebagai peluang untuk meningkatkan alokasi portofolio pada saham blue-chip yang menarik seperti Big Banks, dan pembelian lebih lanjut pada obligasi pemerintah Indonesia bertenor pendek.

Fixed Income: Kami melihat imbal hasil yang tinggi pada obligasi AS dan Indonesia karena The Fed melihat inflasi masih jauh di atas target mereka dan mengambil pendekatan yang lebih hati-hati terhadap penurunan suku bunga. Sebagian Kurva Yield Sukuk Negara Indonesia tetap terbalik, menunjukkan peluang yang disesuaikan risiko yang lebih baik pada obligasi berdurasi pendek hingga menengah jika INDOGB 10 Tahun bergerak menuju 7,2-7,4%.

Saham: Ketidakpastian makroekonomi global dan rilis laporan keuangan kuartalan diperkirakan akan meningkatkan volatilitas pasar. Dengan kenaikan suku bunga BI secara domestik dan sentimen 'lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama' di pasar global, portofolio kami beralih ke perusahaan yang diuntungkan oleh lingkungan suku bunga tinggi dan Dolar AS yang kuat, seperti Perbankan, Komoditas, dan Konsumer & Ritel.

Asset Class Breakdown

Equities:

• BLF: Kinerja saham(-2,45%) menjadi penggerak utama penurunan total return (dibandingkan dengan kinerja benchmark -0,26%). Penurunan ini disebabkan oleh pelemahan BBRI, MAPI, dan BFIN. SementaraMDKA, MEDC, dan NCKL menjadi kontributor utama terhadap kinerja BLF.

• ASF: Kinerja saham(-1,39%) turut membebani total return (dibandingkandengankinerjabenchmark -0,15%). Penurunan ini disebabkan oleh pelemahan MAPI, SMGR, dan TLKM. Namun,MDKA, BRIS, dan ASII menjadi kontributor utama terhadap kinerjaASF.

• Kenaikan suku bunga BI dan pernyataan Fed tentang mempertahankan suku bunga tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama mendorong kami untuk menerapkan strategi pemilihan saham yang lebih defensif,mirip dengan strategi kami di tahun2023. Kami yakin tekanan jual akan menciptakan peluang beli yang lebih baik untuk saham berkualitas.Akibatnya, kami melakukan realokasi posisi dari sektor Ritel Otomotif dan Semen kesektor Perbankan dan Komoditas.

Fixed Income:

• BLF: Karena kenaikan imbal hasil pada obligasi pemerintah 10 tahun,obligasi jangka panjang kami memberikan dampak negatif terhadap total return sebesar-0,64%. Secara keseluruhan, portofolio obligasi BLF membukukan total return negatif sebesar-0,77% (dibandingkan dengan kinerja benchmark -0,97%).

• ASF: Portofolio Sukuk membukukan kinerja yang relatif lebih baik, dengan kontribusi sekitar-0,02% terhadap total return (dibandingkan dengan kinerja benchmark -1,20%).

• Dengan tingginya imbal hasil dan kurva imbal hasil yang landai, kami terus mempertahankan posisi durasi pendek hingga menengah pada seluruh portofolio obligasi kami.

Pelajari selengkapnya di sini.